Kemerdekaan semakin hangat ketika taburan bendera mulai menghiasi jalanan kota, pernak-perniknya meriah berbalut nuansa merah hingga putihnya. Berbagai macam kegiatan maupun perlombaan menarik mulai dilaksanakan, tentu saja setiap daerah punya ciri khas masing-masing dalam merayakan bulan kemerdekaan bukan? Contohnya saja di belahan Bali Utara tepatnya di Bumi Panji Sakti (Buleleng) dengan lomba gerak jalan 45 kilometer-nya.
Benar! kalian tak salah mendengarnya, dapat dikatakan rute perlombaan itu tak tanggung-tanggung jauhnya. Memulai start dari Lapangan Pelabuhan Celukan Bawang menuju etape I dan etape II hingga finish di lapangan Taman Kota Singaraja. Beberapa telah mantap dilakukan tak lupa juga beberapa kali pemanasan sekadar meregangkan otot-otot agar tidak terlalu tegang.
Seruan berkumpul dari panitia lomba mulai terdengar melalui pengeras suara, ketika itu tepat pukul 21.00 WITA, 29 peserta lomba gerak jalan 45 Km dilepas secara bergantian. Riuh gemuruh sorakan penonton di garis start, menyuarakan setiap formasi hormat dari masing-masing peserta. Seru sorakan berselimut dingin menyambut di setiap titik, herannya lagi suasana itu tak menyurutkan antusias masyarakat menonton perlombaan itu.
Subuh ketika itu tak sama seperti subuh kemarin, kali ini lebih dingin, lebih menung, bahkan lebih sunyi, tak sedikit gumam terdengar di barisan “apakah tugas ini akan tetap dilanjutkan melihat salah seorang pasukan telah berjuang bersama dan harus gugur sebelum kemerdekaan?” ketika itu I Gede Punia sebagai danton pasukan Sing Ngecor Sing Mulih (SNSM) khas Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng pun sama menyadarinya.
Angga Febriawan harus keluar mendahului pasukan yang lain. Rasa sakit itu ternyata telah ia tahan dari etape I tepatnya di lapangan seririt, namun lebih parahnya lagi ketika telah menuntaskan finish di etape II tepatnya di patung dolphin Pantai Lovina. Kerut cemas begitu yang dirasa semua panitia, kini hanya tersisa doa dan penuh harap agar Angga bisa kembali pulih normal.
Segala upaya telah dilakukan, semua panitia Bersatu padu membantu Angga entah apapun cara agar Angga pulih kembali. 2 menit waktu istirahat usai sebelum start dilakukan kembali Angga belum pulih sepenuhnya nampak dirinya masih lesu menahan rasa sakit yang dialaminya.
Detik akhir penentu Angga melepaskan penatnya dengan teriakan panjang. Sungguh ini benar-benar kuasa Tuhan, bagaimanapun ini berkat doa semua orang yang ikut membantu dan menyaksikan disana, Angga bisa bangkit kembali dan menyerukan semangatnya.
“Ayo Angga, Bisa Angga, Semangat Angga” terdengar kata Angga bak trending topic disetiap lampu merkuri jalan sepanjang malam itu. Semakin menambah rasa semangat pasukan SNSM untuk melaju kembali berjuang di medan pertempuran.
Namun nampak langkah laun Angga yang menunjukkan semakin ia lelah, langkahnya nampak tak beraturan dapat dipercepat lagi, alhasil semua pasukan harus menurunkan tempo berjalannya. Jarak rentang barisan diawal dan ditengah pun mulai ada renggangnya, Angga mulai dibantu, didorong, dirangkul teman-teman yang lain supaya bisa ikut jalan kembali.
“Kita tidak boleh memaksakan orang sakit bukan? Sekarang tentu kami berterima kasih kepada Angga karena sudah ikut berjuang sejauh itu,” ujar Punia menerka jari jemarinya.
Tiba tepat di PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) Pemaron, Angga sudah tidak dapat melanjutkannya lagi. Perlahan dua orang pasukan SNSM, Agus dan Sugiarta mulai membopong Angga keluar dari barisan, Angga kini harus dilarikan ke UGD di Rumah Sakit terdekat.
Sedikitpun pasukan SNSM tak gentar, sekali lagi tak membuat mereka gentar. Rasa optimis bisa sampai finish masih ada, semangat juang mereka membangun Punia untuk bangkit menuntaskan misi yang telah mereka bentuk selama ini meski rasa lelah, kantuk dan langkah kaki yang semakin berat melangkah.
Kumandang Tri Sandya mengikuti perjuangan pasukan Sing Ngecor Sing Mulih hingga sampai di garis finish. Rasa campur aduk menyelimuti setiap pasukan, seakan-akan sedih, haru dan bahagia menjadi satu apalagi seluruh pasukan dengan keadaan selamat. Tak ada kata menyalahkan, semua memiliki visi satu kesatuan perjuangan Angga sudah begitu luar biasa menahan rasa sakit yang mungkin tidak bisa diterka.
“Kelebihan kita kelebihan dia, kekurangan kita kekurangan dia, saling melengkapi Intinya tidak ada menyalahkan,” seru Punia dengan penuh semangat.
Penulis: PJ
Editor: BW
Tim Kreatif HUMAS Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng